Jumat, 09 Desember 2016

penegertian, Hakekat, dalam Menyimak

A.      HAKEKAT MENYIMAK
            Menyimak adalah suatu proses kegiatan menyimak lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interprestasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan oleh pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan.
            Dengan menyimak seseorang dapat menyerap informasi atau pengetahuan yang disimaknya. Menyimak juga mempelancar keterampilan berbicara dan menulis. Semakin baik daya simak seseorang maka akan semakin baik pula daya serap informasi atau pengetahuan yang disimaknya.
            Hakikat menyimak berhubungan dengan mendengar dan mendengarkan, Subyantoro dan Hartono (2003:1–2) menyatakan bahwa mendengar adalah peristiwa tertangkapnya rangsangan bunyi oleh panca indera pendengaran yang terjadi pada waktu kita dalam keadaan sadar akan adanya rangsangan tersebut, sedangkan mendengarkan adalah kegiatan mendengar yang dilakukan dengan sengaja, penuh perhatian terhadap apa yang didengar, sementara itu menyimak pengertiannya sama dengan mendengarkan tetapi dalam menyimak intensitas perhatian terhadap apa yang disimak lebih ditekankan lagi.
           
B.       PENGERTIAN MENYIMAK
Beberapa pengertian menyimak dari berbagai pendapat para ahli yaitu :
1.      Tarigan (1994:28) menyatakan bahwa Menyimak merupakan suatu proses kegiatan mendengarkan lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan oleh sang pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan.
2.      Anderson (dalam Tarigan 1994:28) Menyimak adalah proses besar mendegarkan, mengenal, serta menginterpretasikan lambang-lambang lisan. Menyimak dapat pula bermakna mendengarkan dengan penuh pemahaman dan perhatian serta apresiasi (Russell & Russell; Anderson dalam Tarigan 1994:28).
3.      Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Menyimak (Mendengar,memperhatikan) mempunyai makna dapat menangkap bunyi dengan telinga. Sadar atau tidak, kalau ada bunyi maka alat pendengaran kita akan menangkap atau mendengar bunyi-bunyi tersebut. Kita  mendengar suara itu, tanpa unsur kesengajaan. Proses mendengar terjadi tanpa perencanaan tetapi datang secara kebetulan. Bunyi-bunyi yang hadir di telinga itu mungkin menarik perhatian, mungkin juga tidak. Mendengarkan atau menyimak merupakan proses menangkap pesan atau gagasan yang disajikan melalui ujaran
4.      Russel, Menyimak bermakna memdengarkan dengan penuh pemahaman dan perhatian serta apresiasi. (Russell 1959)
5.      Akhadiah (dalam Sutari, dkk. 1998:19) ialah suatu proses yang mencakup kegiatan mendengarkan bunyi bahasa mengidentifikasi, menginterpretasikan, dan mereaksi atas makna yang terkandung di dalamnya. Kemampuan menyimak dapat diartikan pula sebagai koordinasi komponen–komponen kemampuan baik kemampuan mempersepsi, menganalisis maupun menyintesis
6.      Tarigan (1991:4) menyatakan bahwa menyimak adalah suatu proses yang mencakup kegiatan mendengarkan bunyi bahasa, mengidentifikasi, menginterpretasi, menilai, dan mereaksi atas makna yang terkandung di dalamnya.
7.      Underwood, Menyimak ialah kegiatan mendengar atau memperhatikan baik – baik apa yang diucapan orang, menangkap dan memahami makna dari apa yang didengar.
8.      Sabarti, Menyimak adalah suatu proses yang mencakup kegiatan mendengarkan bunyi bahasa, mengidentifikasi, menginterpretasikan, dan mereaksi atas makna yang terkandung di dalamnya
9.      Baver, Menyimak adalah kemampuan seseoarang untuk menyimpulkan makna suatu wacana lisan yang didengar tanpa harus menerjemahkan kata demi kata.
10.  Urbana,  Menyimak adalah suatu proses penulisan bahasa yang dimaknai kedalam pikiran.
11.  Djago Tarigan, Menyimak dapat didefinisikan sebagai suatu aktifitas yang mencakup kegiatan mendengar dari bunyi bahasa, mengidentifikasi, menilik, dan mereaksi atas makna yang terkandung dalam bahan simakan. Menyimak dapat dikatakan mencakup mendengar, mendengarkan dan disertai usaha pemahaman. Pada peristiwa menyimak ada unsur kesengajaan, direncanakan dan disertai dengan penuh perhatian dan minat. 
12.  Menurut  Drs. Hanapi Natasasmita, Menyimak adalah mendengar secara khusus dan terpusat pada objek yang disimak.

            Jadi, Kesimpulannya Menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan bunyi baik bunyi nonbahasa dan bunyi bahasa dengan penuh pemahaman, perhatian, apresiasi, serta interprestasi, dengan menggunakan aktivitas telinga dalam menangkap pesan yang diperdengarkan untuk memperoleh informasi dan memahami isi yang disampaikan bunyi tersebut.


C.      TUJUAN MENYIMAK
            Tujuan utama  dari menyimak yaitu Menangkap, memahami, atau menghayati pesan, ide, gagasan yang tersirat dalam bahan simakan.
1)      Mendapatkan Fakta
            Pengumpulan fakta dapat dilakukan dengan berbagai cara. Kegiatan pengumpulan fakta atau informasi melalui menyimak dapat berwujud dalam berbagai variasi. Misalnya mendengarkan radio, televisi, penyampaian makalah dalam seminar, pidato ilmiah, percakapan dalam keluarga, percakapan dengan tetangga, percakapan dengan teman sekerja, sekelas dsb. Kegiatan pengumpulan fakta atau informasi ini di kalangan pelajar dan mahasiswa banyak sekali dilakukan melalui menyimak. Fakta yang diperoleh melalui kegiatan menyimak ini kemudian dilengkapi dengan kegiatan membaca atau mengadakan eksperimen.
2)      Menganalisis Fakta
            Fakta atau informasi yang telah terkumpul perlu dianalisis. Harus jelas kaitan antar unsur fakta, sebab dan akibat apa yang terkandung di dalamnya. Apa yang disampaikan pembicara harus dikaitkan dengan pengetahuan atau pengalaman menyimak dalam bidang yang relevan.
3)      Mengevaluasi Fakta
            Tujuan ketiga dalam suatu proses menyimak adalah mengevaluasi fakta-fakta yang disampaikan pembicara. Dalam situasi ini penyimak sering mengajukan sejumlah pertanyaan seperti antara lain :
a.       Benarkah fakta yang diajukan?
b.      Relevankah fakta yang diajukan?
c.       Akuratkah fakta yang disampaikan?
                        Apabila fakta yang disampaikan pembicara sesuai dengan kenyataan, pengalaman dan pengetahuan penyimak maka fakta itu dapat diterima.
4)      Mendapatkan Inspirasi
            Adakalanya orang menghadiri suatu konvensi, pertemuan ilmiah atau jamuan tertentu, bukan untuk mencari atau mendapatkan fakta. Mereka menyimak pembicaraan orang lain semata-mata untuk tujuan mencari ilham. Penyimak seperti ini biasanya orang yang tidak memerlukan fakta baru. Yang mereka perlukan adalah sugesti, dorongan, suntikan semangat, atau inspirasi guna pemecahan masalah yang sedang mereka hadapi. Mereka ini sangat mengharapkan pembicara yang isnpiratif, sugestif dan penuh gagasan orisinal. Pembicaraan yang semacam ini dapat muncul dari tokoh-tokoh yang disegani, dari direktur perusahaan, orator ulung, tokoh periklanan, salesman dsb.
5)      Menghibur Diri
            Sejumlah penyimak datang menghadiri pertunjukan seperti bioskop, sandiwara, atau percakapan untuk menghibur diri. Mereka ini adalah orang-orang yang sudah lelah letih dan jenuh. Mereka perlu penyegaran fisik dan mental agar kondisinya pulih. Karena itulah mereka menyimak untuk tujuan menghibur diri. Sasaran yang mereka pilih pun tertentu, misalnya menyimak pembicaraan cerita-cerita lucu, banyolan percakapan pelawak, menonton pertunjukan yang kocak seperti yang dibawakan Grup Srimulat.
6)      Meningkatkan Kemampuan Berbicara
            Tujuan menyimak yang lain yaitu untuk meningkatkan keterampilan berbicara. Dalam hal ini penyimak memperhatikan seseorang pembicara pada segi:
a.       Cara mengorganisasikan bahan pembicaraan
b.      Cara penyampaian bahan pembicaraan
c.       Cara memikat perhatian pendengar
d.      Cara mengarahkan perhatian pendengar
e.       Cara menggunakan alat-alat bantu seperti mikrofon, alat peraga dsb.
f.       Cara memulai dan mengakhiri pembicaraan
                        Semua hal tersebut diperhatikan oleh penyimak dan kemudian dipraktikkan. Menyimak yang seperti inilah yang disebut menyimak untuk tujuan peningkatan kemampuan berbicara.
Menurut Logan (dalam Tarigan 1994:56) tujuan menyimak beraneka ragam antara lain sebagai berikut :
1.            Menyimak untuk belajar, yaitu menyimak dengan tujuan utama agar dia dapat memperoleh pengetahuan dari bahan ujaran sang pembicara.
2.            Menyimak untuk memperoleh keindahan audial, yaitu menyimak dengan penekanan pada penikmatan terhadap sesuatu dari materi yang diujarkan atau yang diperdengarkan atau dipagelarkan (terutama dalam bidang seni).
3.            Menyimak untuk mengevaluasi, yaitu menyimak dengan maksud agar si penyimak dapat menilai apa-apa yang disimak itu (baik-buruk, indah-jelek, tepat-ngawur, logis-tak logis, dan lain-lain).
4.            Menyimak untuk mengapresiasi simakan, yaitu menyimak dengan maksud agar si penyimak dapat menikmati serta menghargai apa-apa yang disimaknya itu (pembacaan cerita, pembacaan puisi, musik dan lagu, dialog, diskusi panel, dan perdebatan).
5.            Menyimak untuk mengkomunikasikan ide-idenya sendiri, yaitu menyimak dengan maksud agar si penyimak dapat mengkomunikasikan ide-ide, gagasan-gagasan, maupun perasaan-perasaannya kepada orang lain dengan lancar dan tepat.
6.            Menyimak untuk membedakan bunyi-bunyi, yaitu menyimak dengan maksud dan tujuan agar si penyimak dapat membedakan bunyi-bunyi dengan tepat mana bunyi yang membedakan arti (distingtif) dan mana bunyi yang tidak membedakan arti. Biasanya ini terlihat nyata pada seseorang yang sedang belajar bahasa asing yang asyik mendengarkan ujaran pembicara asli (native speaker).
7.            Menyimak untuk memecahkan masalah secara kreatif dan analisis, sebab dari sang pembicara dia mungkin memperoleh banyak masukan berharga.
8.            Menyimak untuk meyakinkan, yaitu menyimak untuk meyakinkan dirinya terhadap suatu masalah atau pendapat yang selama ini diragukan oleh si penyimak ragukan; dengan perkataan lain, dia menyimak secara persuasif.
            Tarigan (dalam Sutari, dkk. 1997:117–118) mengemukakan beberapa alasan yang menyebabkan pembelajaran menyimak belum terlaksana dengan baik, yaitu:
a.       Pelajaran menyimak relatif baru dinyatakan dalam kurikulum sekolah.
b.      Teori, prinsip, dan generalisasi mengenai menyimak belum banyak diungkapkan.
c.       Pemahaman terhadap apa dan bagaimana menyimak itu masih minim.
d.      Buku teks dan buku pegangan guru dalam pembelajaran menyimak sangat langka.
e.       Guru-guru bahasa Indonesia kurang berpengalaman dalam melaksanakan pengajaran menyimak.
f.       Bahan pengajaran menyimak sangat kurang.
g.      Guru-guru bahasa Indonesia belum terampil menyusun bahan pengajaran menyimak.
h.      Jumlah murid per kelas terlalu besar.


prosa lama

Cerpen : Si “Alhamdulillah”

                Pada zaman dahulu di Desa lembah neundeut ada seorang pemuda yang memelihara seekor kuda sejak dari  kecil yang sangat penurut, nama kuda itu adalah “Alhamdulillah”, kuda itu sangat penurut, apabila di panggil langsung datang. Jika di suruh berjalan kita hanya berkata “Alhamdulillah”  langsung tancap kuda itu akan berjalan, sedangkan jika mau berhenti kita ucap “Astagfirullah” si kuda akan langsung berhenti. Mungkin karena di rawat sejak kecil dan latihan yang rutin membuat si kuda menjadi penurut.
                Oman adalah pemilik kuda pintar tersebut, dia sangat sayang dengan kudanya. Di suatu sore hari Oman sedang mengajak bermain kudanya itu keliling taman dekat rumahnya. Ketika sedang di taman Oman bertemu dengan seorang temannya bernama Asep "Assalamualaikum.... gimana kabarnya, kudanya bagus bangeeet.."?
"Baik... ia ni kuda penurut, tinggal ucap hamdalah dia akan berjalan, dan kalau mau berhenti tingal ucap “istigfar"
" aku boleh nyoba gak"?
" oh.. monggo..."
Sang teman mulai mengucapkan hamdalah untuk menjalankannya. "alhamdulilah berangkatlah kuda" dia merasa bosan karna kudanya jalannya terlalu pelan, dia memukul kuda supaya berjalan lebih cepat ,tapi belum berhasil juga, akhirnya dia memukul dan mengucapkan alhamdulillah dengan keras. "PLAK..... ALHAMDULIILLAH......" Kuda itu berjalan dengan cepat ,sehingga orang itu tidak bisa mengendalikanya, di depan matanya terlihat jurang yang sangat dalam , karena sangat gugup dia lupa kata-kata untuk menghentikan kudanya, semua kata-kata keluar dari mulutnya. "ALLAH” kuda belum berhenti. "ROSULALLAH." kuda itu masih belum bisa berhenti. " INALILAH." kuda itu masih tak mau behenti.
Dia sudah putus asa , dia mengucapkan istigfar untuk yang terakhir kalinya. " ASTAGFIRULOH." Tiba-tiba kuda itu berhenti pas di depan jurang itu, dia sangat senang, dan mengucapkan puji syukur kepada Allah. "Alhamdulillah ya Allah kau masih menolongku". karena ucapanya itu, kuda tiba-tiba berjalan dan....dan ,,..

5. Sudut Pandang: “Dia” terbatas (mereka tidak diberi kesempatan untuk menunjukkan sosok dirinya seperti halnya tokoh pertama.)








           


Contoh Novelet : Resiko Jadi Orang Baik oleh Anggita
                   Disini aku berperan sebagai Gaara. Gaara ini terkenal sebagai orang yang baik. Gaara kini duduk di kelas 2 SMP di sebuah kotanya. Gaara memiliki 2 sahabat yang sangat baik, yaitu Rheno dan Aray.  Di suatu hari, Aku merasa bosan dengan diriku saat ini, aku ingin menjadi orang yang berguna bagi semua orang. Tetapi aku berpikir bahwa itu beresiko tinggi. 
                   Aku merasa membebani semua sahabatku. Sahabatku selalu saja bergantung padaku. Semua keputusan dan segala aktivitas harus aku memutuskannya. Aku mulai merasa iba kepada kedua sahabatku, sepertinya mereka kurang perhatian dan kasih sayang.  Aray :" Sekarang masa depanku ada ditanganmu... Aku sangat mengharapkanmu. Karena kamu adalah orang yang terbaik yang pernah aku termui dalam hidupku."
                  Rheno :" Benar Gaara... Kita sangat menyayangimu... Janganlah kamu pergi dalam kehidupan kita."  Gaara :" Aku tidak akan pernah pergi dalam kehidupan kalian... Karena Kita semua adalah keluarga... Aku sangat menyayangi kalian...".  Aku berpikir dalam hati :" Kalau misal Aray dan Rheno terus terbebani dan membebani aku, mereka tidak akan pernah bisa sukses, aku harus cari cara lain agar mereka bisa pergi dari kehidupanku, itulah tanda sayangku pada mereka".
                  Aku memutuskan untuk pergi dari kehidupan lamaku. Walaupun aku selalu berkata bahwa kesuksesan berasal dari masa lalu  Rheno dan Aray merasa kecewa terhadapku.
Rheno :" Kamu yakin akan melakukan itu".
Aray :" Apapun yang kamu lakukan, kami mendukung, silahkan jika kamu mau pergi dari kehidupan kami, tetapi kami tetap akan menyayangi dan mempercayaimu. Gaara aku yakin ini semua demi kebaikan kami, bukan?"
               
 Aku hanya diam, jika aku berbicara, aku takut akan terjadi perdebatan. Aku masuk dalam perkumpulan anak brandal. Aku berpikiran bahwa resiko jadi anak nakal tidak terlalu berat. Tetapi ternyata resiko jadi anak nakal lebih berat. Mereka jadi takut denganku, aku putuskan lagi jadi anak baik. Mereka kaget dengan sikapku yang selalu erubah-ubah, kadang baik, kadang nakal. Mereka mengira bahwa aku tidak berpendirian. Aku membuktikan yang terbaik untuk mereka. Aku kembali lagi menjadi sahabat Rheno dan Aray. Rheno dan Aray mengerti itu.
                Gaara :" Resiko jadi orang baik itu luar biasa".
                 Aray :" Kamu adalah orang yang paling baik dalam hiduku".
                 Rheno :" Jangan tinggalkan kami dengan alasan yang tidak jelas seperti yang kemarin kamu lakukan".
Bersambung.............. :D :D :D :p